Category Archives: Kab. Karangasem

Membelah Bali Timur

Setelah kurang lebih setahun menunggu untuk menjelajah Bali akhirnya hari Kamis awal Maret 2009 saya dan beberapa kawan di kantor sepakat untuk tour ke wilayah Bali bagian timur yaitu Karangasem. Adapun beberapa objek yang menjadi sasaran kami adalah Goa lawah, Tenganan, Tirtagangga, Taman ujung kemudian diakhiri di Danau Batur Kintamani. Untuk melengkapi cerita singkat ini sudah saya tambahkan dengan beberapa gambar yang sempat saya abadikan pada saat perjalanan tersebut.

Sebenarnya rencana untuk berkeliling bersama kawan-kawan di kantor sudah sempat terencana beberapa bulan sebelumnya, hanya saja karena kesibukan kantor yang tidak memungkinkan untuk itu maka realisasinya selalu tertunda. Perjalanan kali tidak begitu banyak persiapan yang kami lakukan, karena memang rencana semula tour hanya sehari saja. Jadi yang kami siapkan cuma sewa mobil [thanks to Farren, untuk mobilnya] dan beberapa keperluan pribadi lainnya. Keberangkatan semula saya perkirakan jam 9 dari kantor, hanya saja ada sedikit keterlambatan dari beberapa kawan maka perjalanan dari kantor menuju Goa lawah molor hingga jam 10.30. Setelah semua dirasa lengkap maka perjalanan membelah Bali Timur pun di mulai.

Memasuki bypass IB. Mantra menuju Karangasem tidaklah begitu banyak waktu yang terbuang karena  jalanan relatif sepi dan sepanjang perjalanan kami sesekali disuguhi oleh indahnya perbukitan yang menghijau serta ditemani bunga jalan yang menambah semarak sepanjang perjalanan kami.

11

 

22

Goa Lawah

Tidak lebih dari sejam perjalanan menuju Karangasem akhirnya kami tiba Goa Lawah, teriknya mentari siang itu semakin membirukan air laut sepanjang pantai Gua Lawah. Kilauan pasir hitam yang membalut pantai serta perahu nelayan yang berbaris rapih di sepanjang bibir pantai membuat kami terkesima betapa indahnya alam pantai Bali khususnya pantai pasir hitam Bali Timur.

3

4

Wah tanpa terasa waktu sudah menunjukkan pukul 12 siang, perut sudah membunyikan alarm, saatnya untuk makan siang. Sedikit memutar otak untuk memutuskan memcari makan dimana, yah ini bisa dimaklumi karena selara kawan-kawan yang cukup beragam. Dan akhirnya kami putuskan untuk makan siang di warung sate lilit.

5

Hmm, enak banget kombinasi sate lilit dengan sayur kancang panjang plus kuah ikan laut. Ditemani sepoi angin pantai dan biru laut yang tampak dari tempak kami makan seakan menambah nikmatnya makan siang saat itu.

Setelah kenyang menyantap masakan khas pesisir timur Bali itu, kami kemudian meneruskan perjalanan menuju wisata budaya di desa Tenganan. Desa Tenganan merupakan salah satu dari beberapa wisata budaya yang ada di Bali. Wisata Tenganan sering di kenal dengan ‘perang pandannya’, sudah sangat terkenal di dunia pariwisata lokal dan international, sehingga bila sedang ada ritual ‘perang padan’ maka Tenganan pasti di kunjungi oleh wisatawan.

Desa Tenganan

Tak lebih dari 15 menit dari tempat kami makan akhirnya kami tiba di Desa Tenganan. Parkiran yang disediakan untuk masuk ke objek wisata saya cukup luas dan beberapa art shop berjajar menyambut kami. Memasuki areal objek wisata Desa Tenganan tidak ada yang begitu spesial yang bisa saya amati, hanya beberapa bangunan yang agak sedikit kuno yang ada.

Beberapa wisata nampak sedang mengamati beberapa warga yang sedang menjual hasil karya berupa kalender yang menyerupai lontar. Saya mencoba mengingat lagi pengalaman ketika waktu SD dulu sempat ke objek wisata ini. Sudah begitu banyak perubahan yang terjadi hampir 15 tahun. Saya ingat dahulu sempat saya melihat ada ayunan dari kayu yang terletak di tengah-tengah areal objek tersebut, namun sekarang sudah tidak saya jumpai.

6

7

Beberapa ekor kerbau sangaja di biarkan berada bebas di halaman rumah penduduk untuk sedikit menambah kesan pedesaan di tempat itu, namun sejauh pengamatan saya tidak ada hal yang menarik disana, sepertinya sudah tidak ada ‘taksu’ di Tenganan sebagai sebuah desa Budaya yang konon masih memegang tradisi Bali kuno.

Kegiatan penduduk di objek wisata tenganan adalah antara lain membuat kain, melukis telur, membuat lontar, mencari kayu di hutan sekitar Tenganan serta berkebun, seperti yang disampaikan oleh seorang penduduk [yang ternyata caleg]  yang sempat saya ajak ngobrol.

8

9

10

Puas berputar-putar tidak karuan dan kepanasan akhirnya kami memutuskan meninggalkan objek wisata Tenganan. Setelah melihat kondisi Tenganan seperti itu sungguh sangat saya sayangkan, kalau boleh jujur tidak ada satupun yang menarik di Tenganan, terkecuali mungkin ritual ‘perang pandan’ yang kebetulan  belum sempat saya saksikan pada saat itu. Semoga pemerintah daerah Karangasem lebih memperhatikan aset wisata yang dimilikinya, potensi memang masih ada namun masih yang perlu di benahi.

Candi Dasa

Sungguh langit begitu cerah sian menjelang sore itu, perjalanan kami lanjutkan ke Tirta Gangga, namun sebelum itu kita akan singgah ke Wisata Candi Dasa terlebih dahulu. Tak begitu lama diperjalanan akhirnya kami memasukin objek wisata Candi Dasa. Wisata pantai di Candi Dasa sungguh menarik, dari tepi pantai kita dapat melihat beberapa pulau-pulau kecil yang berada tak jauh dari pantai. Sempat pemilik penyewaan perahu boat menawari saya untuk ke pulau kecil tersebut, beliau mengatakan pulau-pulau kecil itu sangat bagus dan konon ada Pura disana, beliau sedikit memaksa saya untuk ke pulau itu untuk sekedar mampir ke pura katanya, namun saya tolak dengan halus..hehe..akhirnya beliau mengalah dan ngeluyur pergi.

111

12

Tanpa terasa jam sudah menunjukkan pukul 15.30 dan saatnya meneruskan perjalanan ke objek selanjutnya.

Tirta Gangga

Tak lebih dari 30 menit akhirnya kami tiba di objek wisata Tirta Gangga. Objek wisata ini ternyata masih seperti 15 tahun yang lalu ketika saya pertama kali ketempat ini, dan cenderung jauh lebih rapi dan tertata. Gemericik air dan patung-patung yang terukir indah menghiasi setiap sudut kolam yang ada di Tirta Gangga. Bila sedikti kita menilik sejarah maka objek wisata Tirta Gangga memiliki keterkaitan erat dengan masa kerajaan dulu tepatnya jaman kerajaan Karangasem. Konon Tirta Gangga merupakan tempat permandian Raja, dan hingga saat ini Tirta Gangga disamping sebagai objek wisata juga masih dimanfaatkan sebagai tempat yang di sakralkan.

Tidak hanya diminati oleh wisatawa lokal ternyata objek wisata Tirta Gangga di gemari oleh wisatawan asing. Ada beberapa wisatawan di dampingi oleh guidenya masing-masing hilir mudik ditempat ini sambil mengabadikan indahnya objek wisata Tirta Gangga.

131

14

bersambung…