Category Archives: Kab. Buleleng

Menjelajah Bali Barat

Nekat tapi ga ngawur

Pagi ini begitu cerah, mentari pun tak segan-segan untuk menampakkan dirinya di ufuk timur. Dengan wajah masih masam saya harus rela meninggalkan hangatnya tempat tidur, di barengi penyesalan atas apa yang telah terjadi.

 Terulang kembali, saya bangun kesiangan..hik hik..harusnya pagi ini akan sangat menyenangkan bila saya menyambut hari ini dengan menatap merahnya sunrise di pantai Sanur, tapi apa daya kebanyakan begadang jadi bangunnya kesiangan.

Tapi jangan sampai pagi ini tersia-siakan begitu pikir saya, belum lewat jam 9 tugas mingguan sudah terselesaikan. Akhirnya ada waktu senggang untuk online pagi-pagi. Ceklak ceklik entah mengapa saya berfikir untuk melakukan hal sedikit nekat dan gila ketika iseng membuka koleksi jepretan saya, he he he.

 Saya ingin menjelajah Bali barat. Belum apa-apa saya sudah kebayang menelusuri jalanan ditemani oleh sejuk udara dan indahnya pemandangan alam di Bali barat. Tanpa pikir panjang saya bergegas menyiapkan alat tempur untuk menjelajahi Bali barat.

Navigasi GPS
Perjalanan kali ini jauh lebih bersemangat lagi karena saya ditemani oleh beberapa gear baru, diantaranya tripod dan GPS. Tripod sih cuma buat gaya-gayaan aja, karena saya berangkat sendirian jadi alangkah baiknya bila ada yang menemani kamera saya, setidaknya bisalah buat pose-pose dikit tak lain dan tak bukan untuk pamer..haha..dicatat loh yah..untuk pamer aja.

Kemudian GPS, ini sih kedengarannnya terlalu wah yah, hanya untuk jalan-jalan segitu aja musti nyiapin GPS, sok banget gitu loh. Tapi jangan salah dulu, GPS ini sih sebenarnya sudah built up bawaan HP saya jadi ini hanya pemanfaatan fasilitas saja. Kebetulan saya menggunakan E90 yang konon keren, tapi ndak juga tuh, make E90 ama 3230 ndak ada bedanya ama penampilan kecuali fitur-fitur E90 yang segudang.

Yang menarik menggunakan navigasi GPS adalah kita bisa menentukan peta perjalanan, sehingga dijamin meminimalisir nyasar, disamping memang ini pertama kali saya menjelajah Bali barat. Deg degan plus bersemangat.

Antosari menuju seririt
Berbekal map dari Google [Google maps] saya memulai perjalanan dari Antosari [Tabanan] menuju Seririt [Buleleng].

Sepanjang perjalanan mata dan hati benar-benar terpuaskan oleh indahnya panorama persawahan dengan terasering yang benar-benar sungguh mengagumkan. Ini mengingatkan saya mengapa kabupaten Tabanan mendapat julukan ‘lumbung beras’nya Bali, karena memang sistem pengairan dan bertaninya benar-benar masih di organisir dengan baik oleh Subaknya masing-masing.

Berikut sedikit gambar yang dapat saya bagikan secara gratis untuk dinikmati.

Sepanjang perjalanan tak henti-hentinya mulut mengucap syukur atas karunia-Nya, alam beserta isinya yang sungguh-sunguh anugrah yang patut untuk dijaga dan disyukuri.

Akhirnya tibalah saya pada spot yang bener-benar bagus menurut saya, hingga saya memutuskan untuk berhenti sejenak dan menikmati sambil mengabadikannya. Tanpa menyia-nyiakan spot yang bagus itu, saya sedikit berpose ala petualang untuk sekedar bahan pamer ama teman-teman..ha ha ha..berikut gambarnya [semoga gag lebay..]

Seririt menuju Jembrana
Setelah perjalanan panjang dan sedikit melelahkan akhirnya saya tiba di Seririt [Buleleng]. Pemberhentian untuk kesekian kalinya, namun kali ini untuk menyusun strategi siap-siap untuk balik Ke Denpasar sambil mengisi perut yang sudah keroncongan.

Semula saya hendak mengabil rute dari Seririt saya akan puter balik ke kota Singaraja trus pulang melalui Bedugul, namun hati kecil meminta sebaliknya, banyang-banyang jalanan panjang menuju Jembrana bener-benar menghasut saya. Hmmm, setelah cukup istirahat dan pertimbangan-pertimbangan akhirnya saya memutuskan pulang melalui Jembrana trus menuju Denpasar.

Keputusan yang saya ambil ternyata tidak salah, beberapa spot asik saya lewati dan sempat saya abadikan, berikut gambarnya.

Suasana sungguh sangat berbeda dengan awal di awal perjalanan, matahari terik, panas, pemandangan bukit kering dan tepi laut yang membiru.

Memasuki kawasan TNBB yang konon hutan ternyata tidak seperti bayangan saya, pikir saya hutan rimbun dan menghijau, tapi sebaliknya kering dan banyak ditumbuhi tanaman perdu.

Sepanjang areal hutan pun banyak himbaun untuk tidak membuang puntung rokok dan ajuran bahwa kawasan hutan ini mudah terbakar. Sedikit oleh-oleh untuk dipandangi.

Oh iya saya sempat melawati areal pura makam Jayaprana, namun saya belum sempat ‘nangkil’ karena saya tidak membawa persiapan sama sekali dan sepertinya saya harus menunggu dulu hingga perjalanan berikutnya.

Tak berselang lama akhirnya tiba juga di Gilimanuk dan perjalanan panjang yang melelahkan sudah menanti.

Jembrana menuju Denpasar
Aduh ini lah pertama kalinya saya sampai capek duduk dan hampir-hampir stress. Tak banyak bercerita mengenai perjalanan dari Jembrana menuju Denpasar karena dalam perjalanan pulang saya disambut hujan dan harus berkonsentrasi penuh pada jalan, jadi ndak bisa menikmati pemandangan.

Akhirnya jam 5.30 saya tiba di rumah dengan keadaan sehat, namun badan pegal sudah mulai terasa. Fiuh, syukurlah momen dan view yang menarik sepanjang perjalanan sudah terabadikan, sekarang siap-siap buat ngapel..hehe.tugas mingguan.

Sekian, terima kasih